Jumat, 06 Maret 2015
KESEHATAN MENTAL
A. ORIENTASI KESEHATAN MENTAL
Menurut WHO, kesehatan
mental adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana individu dapat merealisasikan kecakapannya,
dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan
produktif dan memiliki konstribusi dalam kehidupan di komunitasnya.
Assagioli, (Ihrom, 2008)
mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian,
keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah
hubungan yang sehat dengan orang lain.
Menurut Jahoda (Ihrom,
2008), kesehatan mental mencakup :
a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri,
kemampuan mengenali
diri dengan baik.
b. Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang
baik.
c. Keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan
terhadap
segala tekanan.
d. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam
atau
kelakuan-kelakuan bebas.
B. KONSEP SEHAT
Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang
hampir sama tapi berbeda.Konsep sehat menurut Parkins (1938)
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sementara menurut White (1977),
sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
Pengertian
sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat
dapat dikatakan, sesuatu kondisi normal secara emosi (EQ), intelektual (IQ),
spiritual (SQ) dan social. Dari pernyataan diatas sudah didapat tentang dimensi
sehat, berikut pemahamannya:
Fisik
Dikatakan sehat bila secara
fisiologi (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun.
Emosi
Orang yang sehat secara
emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan
mengeskripsikan perasaan (marah, sedih, atau senang) secara tidak berlebihan.
Mampu mendisiplinkan diri.
Intelektual
Dikatakan sehat secara
intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik
mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan , masalah
atau mengambil keputusan.
Spiritual
Sementara orang yang sehat
secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa
dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak
melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa
berfikir rasional.
Sosial
Sehat secara social dapat
dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya,
serta mampu untuk bekerja sama.
C. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Sejarah
perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang
mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri. Mereka mengalami
kecelakaan dan demam yang merusak mental. Jadilah manusia yang dengan rasa putus
asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental. Dengan kesehatan
mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang
di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik.
Perlu
diketahui disini sejarah tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi
mengenai penyakit mental dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh dua
alasan , yaitu (1) Sifat dari masalah yang disebabkan oleh tingkah laku
abnormal membuatnya menjadi merasa ketakutan. (2) Perkembangan semua ilmu pengetahuan
begitu lambat, dan banyak kemajuan yang sangat penting. Pada masa awal awal
orang yang sakit mental dapat dipahami secara seluruh sering diperlakukan
dengan kurang baik. Di jaman prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami
gangguan mental baik fisik maupun gangguan gangguan yang baik. Di jaman
prasejarah ini juga terdapat perawatan-perawatan untuk penyakit gangguan mental
yaitu:
menggosok, menjilat, mengisap dan memotong.
Sejarah
kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karna
masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati
dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hidup bersama sehingga
tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan
lagi sebagai gangguan.
Perkembangan
Kesehatan Mental Pra Ilmiah
1. Masa Animisme
Orang Yunani percaya bahwa
gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan
mantra dari korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut
berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme, maka
praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit
mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad
pertengahan.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap
tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Aliran ini
berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrastes
menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Ide
naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan
pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan
selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan
orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826)
menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem
penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di
Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai, diikat di
tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun
atau lebih karena dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar
rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi
menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Perkembangan
Kesehatan Mental Era Modern
Perubahan yang sangat
berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan
tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Perkembangan
psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene”
yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge” beserta gerakan-gerakan yang
terorganisir.
Perkembangan kesehatan
mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama
dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford Whittingham
Beers. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul.
Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan,
seperti American Social Hygiene
Associatin(ASHA), dan American Federatio for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan
di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers
(1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental
Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas
dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat
manusiawi.
Pada tahun 1950, organisasi
kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For
Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya
masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health
Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini
terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih
dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya,
gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health
Organization”.
D. Pendekatan
Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang
umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai
kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang
yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak
dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena
kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya,
kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi
kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain.
Orientasi
Pengembangan Potensi
Orientasi Pengembangan
Potensi Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia
mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam
psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam
setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan
tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Yustinus Semiun. OFM. 2006. Kesehatan
Mental. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Andi.
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Andi.
Nasrudin, Endin. 2009. Psikologi Agama.
Bandung: Qutub Production
staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/…./kesehatan-mental.pdf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar