Rabu, 15 April 2015
STRESS(minggu8)
a. Arti penting stress
Stress juga dibutuhkan dalam kehidupan ini, jika
seseorang tidak pernah mengalami stress hidupnya akan hampa, tidak ada yang
namanya tantangan. Stress tidak berarti negatif (distress), stress pun ada yang
bersifat positif (uestress) untuk menyeimbangkan proses kehidupan kita.
Efek-Efek
stress menurut hans selye
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal
1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa efek
dari stress:
Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap
stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
- Respon yang
terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
- Respon
bersifat adaptif, diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
- Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
- Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam
kehidupan kita sehari–hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
- Respon
inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi.
Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat.
- Respon refleks
nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang
bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki
ketika bersentuhan dengan benda tajam.
General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh
terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem
Neuroendokrin.
- Fase Alarm
(Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan
reaksi fisiologis. Tanda fisik: curah jantung meningkat, peredaran darah
cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut
nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah
dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu
untuk melakukan “respons melawan atau menghindar“. Respon ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu
akan masuk ke dalam fase resistensi.
- Fase
Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan
psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha
menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh
mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress
menurun atau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung,
tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap
stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila
gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu :
Fase kehabisan tenaga.
- Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental,
penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan,
maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis,
akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk
mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersbut.
Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab
stres
Stress merupakan salah satu gejala yang memiliki
faktor-faktor penyebab, dan akan diuraikan secara singkat faktor individual
& sosial yang menjadi penyebab stress dibawah ini.
a. Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin
sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan
depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi
stres. Dukungan sosial mencakup: Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi, dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa, dan dukungan informasi, misalnya
nasihat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya,
ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya
terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi
stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
b. Tipe-tipe stress psikologi
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis
yaitu:
a) Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu
tujuan. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha)
dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana
alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
b) Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih
macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga
bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant
conflict,avoidant-avoidant conflict.
c) Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
berasal dalam diri individu. Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu.
d) Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan kekhawatiran, kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali
mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
C. Symptom-Reducing
Responses terhadap stress
Kehidupan akan terus
berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak
akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap
individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk
dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
- Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
-Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
-Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang
tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta
melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara,
bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
-Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
-Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi.
Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah
yang tidak menyukainya.
-Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
-Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk
ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
-Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan
sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan
kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
-Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
-Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
-Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila
menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
-Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
-Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang
otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang
menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
-Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan
kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka).
Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu
argument saat rapat berlangsung.
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk
mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu
dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi
stress “minor”.
Coping strategy merupakan
koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit
atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh
dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi
koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang
dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease),
tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang
memberikan wellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat melakukan
berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak
biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang tidak
terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti
kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan
lain sebagainya.
Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup
parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi
obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi
stres. Biofeedbackn adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh
mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini
menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau
umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang
efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur
istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur
dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk
mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam
untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan
kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain itu meditasi juga memiliki keuntungan
lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup
merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan.
Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik
dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap
masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus
memiliki empat komponen pokok:
-Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami
masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
-Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara
mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini
meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah.
-Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara
sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau
menghilangkan stressor.
-Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah
berhasil di atasi.
d. Pendekatan
Problem Solving terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan
metode biofeddback, tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian
tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini
menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih
efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan
sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan
pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan).
Meningkatkan Toleransi Stress
Menigkatkan toleransi terhadap stress dengan cara
menigkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis, misalnya secara psikis : menyadarkan diri sendiri bahwa stress memang
selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun
dalam bentuk dan intesitas yang berbeda. Secara fisik : mengkonsumsi makanan
dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan,
dan Perkembangannya. Yogyakarta: AndiSunaryo. 2002.
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi
abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
https://xiaolichen14.wordpress.com/2013/04/26/stress/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar