Jumat, 24 April 2015
HUBUNGAN INTERPERSONAL(minggu9)
a. Model-model hubungan interpersonal
Model
pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang
berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya
dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya
(akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
- Model
peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan
(role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan.
Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan
peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu
ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
- Model
permainan (games people play model)
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian
tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari
kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta
perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit
suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
- Model
Interaksional (interacsional model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap
sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model
ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
b. Memulai Hubungan
Pembentukan kesan
Menurut sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas
orang lain berdasarkan informasi yang terbatas.
Evaluasi: Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain. Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan. Konsistensi.
Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
Evaluasi: Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain. Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan. Konsistensi.
Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
Ketertarikan
Interpersonal
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal
- Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari
tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah
persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung
menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
- Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada
penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada
kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai
keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang
kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).
- Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan
pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan
dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992).
Faktor-faktor yang
mempengaruhinya
- Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang
bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal: yang bersifat
fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik (kepribadian,
intelegensi, minat dan hobby), para ahli mengidentifikasikan beberapa karakter
umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan,
kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisik.
- Kesamaan
Kita cenderung menyukai
orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hoby, latar belakang,
dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan
pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut
sebagai “prinsip kesesuaian” (match principle).
- Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat
menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat meningkatkan
keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang
disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana
keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang lain.
- Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua
orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal
mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan daya tarik
interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua,
kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk
tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal, dan selanjutnya
kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor ketiga adalah
bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang
jauh (Sears dkk. 1992).
c. Hubungan Peran
- Model Peran
Terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan
model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain
peran mendukung situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini
percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy
mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogy yang diwujudkan dalam
bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil
belajar dari respons orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama
dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan).
Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks
pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran, sedangkan dalam psikodrama,
pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama.
Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada
bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran
berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian,
para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional.
Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai
masalah yang sedang dihadapi.
- Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah
intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya.
Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the
presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua
pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah
pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing.
Substantive conflicts
merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian
sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta
pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya
perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta
adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes). Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun
sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika
suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing
hitam.
- Adequancy peran &
autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (
ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
d. Intimacy dan Hubungan
Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen
emosional: keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan,
menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi
yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang
yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab,
hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai,
dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim
dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling
membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal.
Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran
pasangan hidup sisinya.
e. Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama
adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman
berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman
adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng
kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita
pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai,
dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan
kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana
belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah
penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan
karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh, (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki
pernikahan, (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat
dipercaya untuk memegang rahasia, (4) kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup, (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus
. Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan,
Sarlito S. 2002. Individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai
Pustaka
Dayakisni,
Tri. 2006. Psikologi social. Edisi revisi. Malang : Universitas Muhamadiyah
Malang
http://repastrepost.blogspot.com/2013/06/hubungan-interpersonal_1.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar