Rabu, 26 November 2014
FENOMENA INTERNET ADDICTION DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI
Pengertian internet adiksi
Internet addiction
oleh Young (dalam Tuapattimaja & Rahayu) diungkapkan sebagai sebuah
syndrome yang ditandai dengan menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan
internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online, orang-orang yang
menunjukkan syndrome ini akan merasa cemas, depresi,atau hampa saat tidak
online di internet serta menyebabkan korbannya mulai menyembunyikan tingkat
ketergantungannya terhadap internet tersebut.
Penggunaan internet yang berlebihan mencapai
presentase 52% sangat jauh berbeda dengan yang kecanduan internet yang hanya
mencapai 8% saja. Walaupun masalah kecanduan internet hanya mencapai presentase
yang sedikit, tetapi melihat presentase penggunaan internet yang berlebihan
mencapai 52% perlu diperhatikan lagi permasalahan ini, karena kecanduan
internet bermula dari keasyikan kita berlama-lama menggunakan internet, lambat
laun kita akan merasa cemas dengan tidak bermain internet, dan lama-kelamaan
akan menjadi pecandu internet yang sulit lepas dari internet dan berdampak
kurang baik dalam aspek psikologis (neuroticism, extraversion, kecemasan
sosial, kesepian emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan dukungan
sosial internet).
Faktor Etiologi
Kecanduan didefinisikan sebagai dorongan kebiasaan untuk terlibat dalam aktivitas tertentu atau menggunakan zat, bukan dengan berdiri konsekuensi buruk pada individu fisik, sosial, spiritual, mental, dan kesejahteraan finansial. Alih-alih mengatasi hambatan hidup, mengatasi stres sehari-hari dan menghadapi trauma masa lalu atau sekarang, pecandu merespon maladaptif dengan beralih ke mekanisme koping semu. Biasanya, kecanduan memanifestasikan karakteristik psikologis dan fisik. Sebagai kecanduan perilaku, fokus pada isu-isu psikologis yang meningkatkan konsumsi internet adalah membantu untuk membantu dalam pemahaman klinis mengapa orang berlebihan.
Kecanduan didefinisikan sebagai dorongan kebiasaan untuk terlibat dalam aktivitas tertentu atau menggunakan zat, bukan dengan berdiri konsekuensi buruk pada individu fisik, sosial, spiritual, mental, dan kesejahteraan finansial. Alih-alih mengatasi hambatan hidup, mengatasi stres sehari-hari dan menghadapi trauma masa lalu atau sekarang, pecandu merespon maladaptif dengan beralih ke mekanisme koping semu. Biasanya, kecanduan memanifestasikan karakteristik psikologis dan fisik. Sebagai kecanduan perilaku, fokus pada isu-isu psikologis yang meningkatkan konsumsi internet adalah membantu untuk membantu dalam pemahaman klinis mengapa orang berlebihan.
Jenis-Jenis Internet addiction
Berikut ini adalah sub-sub tipe dari internet addiction
menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006):
a. Cybersexual Addiction,
Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
b. Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.
c. Net compulsions
Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online.
a. Cybersexual Addiction,
Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
b. Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.
c. Net compulsions
Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online.
CONTOH KASUS
Baru bangun
tidur, setelah semalaman beristirahat, langsung pegang gadget. Bisa BBM,
tablet, atau laptop. Lho, ada perlu apa? Untuk kembali online dan melihat kabar
dari teman-teman di jejaring sosial. Ada yang semalam suntuk tidak bisa tidur,
ada yang mengomentari pertandingan bola, ada yang sharing macam-macam. Tips,
curhat soal teman atau kekasih, berita-berita politik, membaca tautan dari
laman gosip, dan lainnya
Jeda kegiatan hanya sebentar. Diselingi mandi,
bersiap-siap, dan sarapan. Berangkat kerja? Menuju kantor, kembali online,
fokus pada gadget di perjalanan. Masuk kantor, kerjaan diselingi kegiatan
memperbarui dan mengomentari berbagai status teman. Jam istirahat, apalagi.
Habis makan siang, merasa mengantuk dan bosan, akhirnya online lagi.
Pulang kerja, menemani perjalanan di jalan,
saling sapa kabar dan rencana akhir pekan. Oke, lalu lintas yang macet cukup
jadi inspirasi untuk melampiaskan kekesalan. Sampai rumah, makan malam dan
bersih-bersih. Jika sempat nonton, TV diamati. Jelang malam, online sebentar
untuk lihat apa yang terbaru. Buat status selamat malam, dikomentari, terlibat
obrolan, ngalor-ngidul, sampai tengah malam. Mata terpejam, tidur, dan bangun
pagi untuk melihat adakah lanjutan dari obrolan semalam di jejaring sosial.
Tanpa disadari,
berselancar dan menikmati dunia maya, terutama pada jejaring sosial, telah
membuat banyak orang “ketergantungan” dengannya. Tidak berlebihan bila
dikatakan kecanduan, mengingat mereka bisa seharian memandangi layar internet.
Kaidah umumnya, segala sesuatu yang berlebihan
itu tidak baik. Begitu pula fenomena ini. Seorang ahli di Malaysia mengatakan,
orang yang kerap membuka jejaring sosial, baik itu di kantor, rumah, di jalan,
dan tempat lainnya, akan menjauhkannya dari interaksi langsung dengan orang
lain. Makin cepat dan mudah diakses, makin sering dan lama, efeknya kian
terasa. Psikolog dan penasihat, Adnan Omar memberi contoh dampaknya pada
pasangan.
“Contohnya, banyak pasangan yang kehilangan
kesempatan bertemu langsung atau pergi makan malam. Mereka cukup puas dengan
berinteraksi di internet, sekadar mengencek surel dari perangkat telekomunikasi
mereka.”
Hal ini patut dikhawatirkan mengingat
kemampuan interaksi kita dengan manusia lain akan perlahan menghilang.
“Jika Anda,” lanjut Adnan, “menghabiskan waktu
sekitar 25 jam selama sepekan untuk jejaring sosial dibandingkan beraktivitas
ataupun alasan akademis lainnya, itu artinya Anda telah kecanduan. Anda telah
dimudahkan kondisi internet yang gampang tersedia, dan Anda tak perlu
mematikannya.”
Sebagai seorang psikolog, Adnan mengungkapkan
bahwa banyak pecandu jejaring sosial merasa kecewa ketika status atau
posting-nya tidak direspon. Mereka, menurut Adnan, sebenarnya memposting
berbagai macam hal untuk menunggu respons balik, sebuah perilaku untuk
memuaskan kondisi batin. Memang ada faktor lain, yaitu menghabiskan waktu. Akan
tetapi, kian mudahnya teknologi, harusnya juga diiringi dengan kebijaksanaan.
Menghabiskan waktu di jejaring sosial jelas tidak baik dan dapat mengurangi
produktivitas kerja kita.
Sumber :
http://www.mizanmag.com/denyut/jejaring-sosial-25-jam-sepekan-anda-telah-kecanduan.html#.UmkYtVM6Was
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar